17 Februari 2009

Bunda Rindu ini Membumbung Tinggi

bunda… malam ini tiba-tiba aku mengingatmu dengan utuh…

gurat syahdumu membuatku rindu padamu.
sorot matamu yang penuh kedamaian… mengingatkanku saat aku masih disana dahulu… bunda… kurindu pelukanmu..
sekian lama sudah bapak meninggalkan kita…
kadang kadang ovi rindu bapak… sama seperti ibu, tak terasa ya bund… sudah 10 tahun bapak meninggalkan kita, tapi bunda selalu semangat dan tak pernah mengenal kata lelah dalam mendidik ovi, hingga sedemikian rupa. bunda… tunggulah ovi disana….

bunda…kusayang dirimu… aku tidak pernah merasakan kata berlebihan mengatakn ini kepadamu setiap waktu, karena memang ini yang kurasakan, ku tak ingin Allah mengambil bunda disaat aku belum bisa memberikan cintaku pada bunda, sama sepertri bapak dahulu… kelas 3 SD saat yang sangat tak bisa kurasakan dalam mengingat kasih sayangnya, namun ia slalu hadir dalam tiap doa dan mimpiku… penyesalanku selalu datang terakhir bunda… entah kenapa begini… mungkin Allah telah memberi pelajaran sama ovi.. bersyukurlah denganKu karena aku masih memberikan seorang yang mencintaimu di dunia…

bunda…. sedang apakah kau disana saat ini? membaca…….. tadarus Al-Qur’an, ataukah sedang sibuk bekerja…
semoga bunda baik-baik saja.

bunda, dari tadi mata ini berkabut… aku tak memperdulikan orang-orang disekitarku yang melihatku, rasanya pun pandangan ini sudah samar, bening mataku ini mungkin sebentar lagi akan meluruh…

Bunda, betapa bahagia jika saat ini engkau nyata di hadapanku, inginnya aku bersimpuh di pangkuan dan meneguk percik-percik pinta yang kau senandungkan sempurna kepada Allahu Rabbana. “Semoga anak bunda jadi anak yang shalih, pintar dan selalu bersyukur dimanapun kamu berada”, “Semoga kamu, nak, sehat dan diberikan rezeki yang berkah”.

Bunda, sungguh gembira tak terkira bila kau ada di sini sekarang, hingga dengan bebas aku meminta kesediaanmu untuk membaluri jiwa dengan param hangat doa-doa ikhlasmu hingga ketenangan itu menjulang. Bunda betapa ingin ku raih itu semua sekarang juga. Dada ini bunda, seperti diterjang beribu gempa.

Aku sayang bunda. Sungguh. Meski aku tahu sayang ini hanya seujung kuku dari bentang cakrawala cinta terindahmu. Meski sangat nyata rindu ini hanya setitik kecil di samudera penantianmu. Meski sangat jelas, ingatan kepada bunda bukanlah apa-apa dibanding semua yang bunda lakukan. Pengorbanan, ketulusan, kasih sayang, sujud-sujud bunda, bahkan air mata kesedihan. Tak tertebus. Tanpa batas. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua. Surga.

Bunda, sudah berapa lama kita tidak bertemu. Rindu padamu bunda, membumbung tinggi.
Bunda, perkenankan aku bersimpuh dari jauh. Dalam gundah. Dalam lelah. Di setiap detak tak tentu. Serta dalam degup yang menderu. Ingin kusampaikan untai kata ini di gendang telinga mu “Bunda, rindu ini membumbung tinggi!”

ya rabbb…. lindungilah ibuku disana….
berikan yang terbaik padanya ya Allah… jadikan dia akhwat yang kuat.. yang tak goyah oleh gempuran kehidupan, yang tak lemah dalam setiap langkah, sehatkan dia ya Rabb… hingga aku bisa… hingga aku bisa melindunginya… dengan tanganku sendiri, kan kubaktikan hidupku untuknya, kan kubahagiakan dia…

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang ibu bapaknya,
Ibunya telah mengandungnya
Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…..” (luqman:14)

ovie….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profil
Profil Facebook Mujahid Opick
Buat lencana kamu sendiri